Teriak tulang tertatih tatih
Keringat keras kering kurasa
Mimpi malam menjerit mengeras
Siapa seseorang sendiri sepi ..?
Telah tengadah terasa tenang
Batin berdo'a bersama bianglala
Kau kemari karena kerinduan
Pelukan pertama penyejuk purnama
Gigil gumam getar gemetar
Angin awan ajak angka angka
Tuk tertawa temani tuan
Menghibur muram muka mu
Sandarkan sanubari sementara
Hanya helai hati hengkang
Dalam derita dentuman do'a
Sepi sunyi senyap sendiri
Kini kau kembali kepadanya
Takkan tersenyum tanpamu
Galau goda genggaman girang
Kendati kerap kesepian
Rabu, 01 Juni 2011
Minggu, 22 Mei 2011
Daku disudut kota
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Minggu, Mei 22, 2011
Ku berjalan mungil kala fajar tiba
Menanti sayup sayup fatamorgana
Berliput rumput berdebu yang terbuang
Di sisi batu-batuan kikis, di jalan beraspal
Semilir sajak angin membelai pirangku
Seribu sapa gigil tersapu jerit dingin
Surat sang surya mengundang prahara
Sepercik sinar berkelip di ufuk timur
Terdengar tangisan bayi di lorong kota
Getar gemetar berdendang tak henti
Bayang diri sudah menguntit kanan kiri
Paksa sendi lara tuk pergi jauh dari ranting tua
Kata kata membeku dalam jiwa
Setelah takluk oleh letih yang menggoda
Tetes peluh menghujam deras teras bernoda
Liur terus ku telan tuk menahan rasa dahaga
Menanti sayup sayup fatamorgana
Berliput rumput berdebu yang terbuang
Di sisi batu-batuan kikis, di jalan beraspal
Semilir sajak angin membelai pirangku
Seribu sapa gigil tersapu jerit dingin
Surat sang surya mengundang prahara
Sepercik sinar berkelip di ufuk timur
Terdengar tangisan bayi di lorong kota
Getar gemetar berdendang tak henti
Bayang diri sudah menguntit kanan kiri
Paksa sendi lara tuk pergi jauh dari ranting tua
Kata kata membeku dalam jiwa
Setelah takluk oleh letih yang menggoda
Tetes peluh menghujam deras teras bernoda
Liur terus ku telan tuk menahan rasa dahaga
Jumat, 20 Mei 2011
Manis pahit penderitaan mendalam
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Jumat, Mei 20, 2011
Senyummu gelora kalbuku
Tangis itu adalah tutur kata nurani
Tetapi, kesadaranmu adalah anugerah sesaat
Yang terpendam dalam rayuanku disini
Mawar kelabu telah suram
Ajakan kembang lusuh bercumbu
kutolak dengan sajak sajak untukmu
yang membalut sukma kehidupanku
Sederet potret matamu
Menyipu malu raut wajahku
persetan, kau tidak lagi seperti itu
Pahit seperti pengkhianatan yang dalam
Kala nestapa mengubur hatimu
Kau datang mengumbar tangisan
Saat sukacita tlah mendekap erat tanganmu
Kau pergi dalam memori serpihan hati
Jangan paksa tuk pergi
Perlu waktu untuk semua ini
Lupakan semua perkataan basi
Takkan kenang kenangmu nanti
Tangis itu adalah tutur kata nurani
Tetapi, kesadaranmu adalah anugerah sesaat
Yang terpendam dalam rayuanku disini
Mawar kelabu telah suram
Ajakan kembang lusuh bercumbu
kutolak dengan sajak sajak untukmu
yang membalut sukma kehidupanku
Sederet potret matamu
Menyipu malu raut wajahku
persetan, kau tidak lagi seperti itu
Pahit seperti pengkhianatan yang dalam
Kala nestapa mengubur hatimu
Kau datang mengumbar tangisan
Saat sukacita tlah mendekap erat tanganmu
Kau pergi dalam memori serpihan hati
Jangan paksa tuk pergi
Perlu waktu untuk semua ini
Lupakan semua perkataan basi
Takkan kenang kenangmu nanti
Selasa, 17 Mei 2011
Sajak Tentang Alam
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Selasa, Mei 17, 2011
Ku dengar gemercik ombak
Di genangan air karang
Biru kemayu menggoda kalbu
Suara merombak mendayu dayu
Deru angin bersiul siul di tepi
Pohon kelapa menahan gamparannya
Lambat laun sang surya terlelap
Menyisihkan cahayanya di atas kaca-kaca air laut
Raut muka ceria, Laut tertawa
Terlihat sesosok lelaki bertopi jerami
Mendayung sampan ke mulut pantai
Badan beraroma keringat dan tersiram air laut
Di heningnya sore beranjak kelabu
Suara kendaraan melintas dijalan berdebu
Memecahkan sepi sunyinya suasana pantai netsapa
Nan indah nian menawan
Yang dicipta oleh sang pencipta
Di genangan air karang
Biru kemayu menggoda kalbu
Suara merombak mendayu dayu
Deru angin bersiul siul di tepi
Pohon kelapa menahan gamparannya
Lambat laun sang surya terlelap
Menyisihkan cahayanya di atas kaca-kaca air laut
Raut muka ceria, Laut tertawa
Terlihat sesosok lelaki bertopi jerami
Mendayung sampan ke mulut pantai
Badan beraroma keringat dan tersiram air laut
Di heningnya sore beranjak kelabu
Suara kendaraan melintas dijalan berdebu
Memecahkan sepi sunyinya suasana pantai netsapa
Nan indah nian menawan
Yang dicipta oleh sang pencipta
Jumat, 13 Mei 2011
Bertemu, dan Berpisah
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Jumat, Mei 13, 2011
Fajar jingga mengintip bumi
Kokok ayam memecah lengang pagi
Bulir wudlu mengalir di sudut pipi
Elus dada, kekurangan nasi
Goes ontel, sang sobat sejati
Menuju sekolah, dengan perut tak berisi
Sinar sang surya menyikut pipi
Usap debu dan peluh di dahi
Salam kecup di tangan
Menjadi saksi atas kebaktian kami
Pengabdianmu atas dasar ketulusan jiwa
Membagi ilmu, dari generasi ke generasi
satu tambah satu sama dengan dua
aksara merangkai aksara menjadi kata kata
Kami bukan keturunan rakyat mulia
Kami hanya rakyat-rakyat jelata
Pertemuan pertama di masa orientasi
Masih berseragam putih molek berseri
Berdasi merah, tut wuri handayani
Datang diantar, pulang sendiri
tahun demi tahun cepat berlalu
Perpisahan terkurung rindu
Mengenang silam, yang mencari ilmu
dan semua melepas genggaman tangan ku
Masih teringat drama-drama
Merayakan hari jadimu bersama
Menyanyikan yel-yel gembira
Melantunkan ayat suci, menyentuh jiwa
Tutur katamu adalah do'a
Menuntun kami mengarungi masa
Kelak kan menjadi orang bijaksana
Yang berguna bagi nusa dan bangsa
Menuju sekolah, dengan perut tak berisi
Sinar sang surya menyikut pipi
Usap debu dan peluh di dahi
Salam kecup di tangan
Menjadi saksi atas kebaktian kami
Pengabdianmu atas dasar ketulusan jiwa
Membagi ilmu, dari generasi ke generasi
satu tambah satu sama dengan dua
aksara merangkai aksara menjadi kata kata
Kami bukan keturunan rakyat mulia
Kami hanya rakyat-rakyat jelata
Pertemuan pertama di masa orientasi
Masih berseragam putih molek berseri
Berdasi merah, tut wuri handayani
Datang diantar, pulang sendiri
tahun demi tahun cepat berlalu
Perpisahan terkurung rindu
Mengenang silam, yang mencari ilmu
dan semua melepas genggaman tangan ku
Masih teringat drama-drama
Merayakan hari jadimu bersama
Menyanyikan yel-yel gembira
Melantunkan ayat suci, menyentuh jiwa
Tutur katamu adalah do'a
Menuntun kami mengarungi masa
Kelak kan menjadi orang bijaksana
Yang berguna bagi nusa dan bangsa
Sabtu, 30 April 2011
Melodi kayangan ..
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Sabtu, April 30, 2011
Kala sang senja yang jingga
Engkau hanyut kembali ke dalam kalbu
Menghisap bulir-bulir cinta penuh warna
dengan sentuhan lembut kemesraan abadi
Engkau hanyut kembali ke dalam kalbu
Menghisap bulir-bulir cinta penuh warna
dengan sentuhan lembut kemesraan abadi
Rabu, 27 April 2011
Seperempat malam
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Rabu, April 27, 2011
Angin yang meraung panjang
Bulan purnama menyorot dunia
Lentera tak redup, tak terang
Menyuap takbir, di malam sang Penguasa
Gemuruh petir keras
Memecah lengang seperempat malam
Hembus badai meniup debu-debu
Mengelilip ke sudut-sudut mata
Duduk sila dikurung dingin
Bersenda gurau dengan udara pagi
Samar-samar kejora sudah tampak terbit
Setia menanti mentari, kala dini hari
Ayunkan jemari, menyusun kalimat bermakna kias
Merangkai kata-kata puitis menjadi syair tangis
Gores dengan tinta merah di kertas putih tanpa noda
Pendam galau dalam mimpi seperempat malam
Yang besimbah dukacita bercumbu tawa dan derita
Bulan purnama menyorot dunia
Lentera tak redup, tak terang
Menyuap takbir, di malam sang Penguasa
Gemuruh petir keras
Memecah lengang seperempat malam
Hembus badai meniup debu-debu
Mengelilip ke sudut-sudut mata
Duduk sila dikurung dingin
Bersenda gurau dengan udara pagi
Samar-samar kejora sudah tampak terbit
Setia menanti mentari, kala dini hari
Ayunkan jemari, menyusun kalimat bermakna kias
Merangkai kata-kata puitis menjadi syair tangis
Gores dengan tinta merah di kertas putih tanpa noda
Pendam galau dalam mimpi seperempat malam
Yang besimbah dukacita bercumbu tawa dan derita
Langganan:
Postingan (Atom)