Minggu, 22 Mei 2011

Daku disudut kota

Ku berjalan mungil kala fajar tiba
Menanti sayup sayup fatamorgana
Berliput rumput berdebu yang terbuang
Di sisi batu-batuan kikis, di jalan beraspal

Semilir sajak angin membelai pirangku
Seribu sapa gigil tersapu jerit dingin
Surat sang surya mengundang prahara
Sepercik sinar berkelip di ufuk timur

Terdengar tangisan bayi di lorong kota
Getar gemetar berdendang tak henti
Bayang diri sudah menguntit kanan kiri
Paksa sendi lara tuk pergi jauh dari ranting tua

Kata kata membeku dalam jiwa
Setelah takluk oleh letih yang menggoda
Tetes peluh menghujam deras teras bernoda
Liur terus ku telan tuk menahan rasa dahaga

Jumat, 20 Mei 2011

Manis pahit penderitaan mendalam

Senyummu gelora kalbuku
Tangis itu adalah tutur kata nurani
Tetapi, kesadaranmu adalah anugerah sesaat
Yang terpendam dalam rayuanku disini

Mawar kelabu telah suram
Ajakan kembang lusuh bercumbu
kutolak dengan sajak sajak untukmu
yang membalut sukma kehidupanku

Sederet potret matamu
Menyipu malu raut wajahku
persetan, kau tidak lagi seperti itu
Pahit seperti pengkhianatan yang dalam

Kala nestapa mengubur hatimu
Kau datang mengumbar tangisan
Saat sukacita tlah mendekap erat tanganmu
Kau pergi dalam memori serpihan hati

Jangan paksa tuk pergi
Perlu waktu untuk semua ini
Lupakan semua perkataan basi
Takkan kenang kenangmu nanti

Selasa, 17 Mei 2011

Sajak Tentang Alam

Ku dengar gemercik ombak
Di genangan air karang
Biru kemayu menggoda kalbu
Suara merombak mendayu dayu

Deru angin bersiul siul di tepi
Pohon kelapa menahan gamparannya
Lambat laun sang surya terlelap
Menyisihkan cahayanya di atas kaca-kaca air laut

Raut muka ceria, Laut tertawa
Terlihat sesosok lelaki bertopi jerami
Mendayung sampan ke mulut pantai
Badan beraroma keringat dan tersiram air laut

Di heningnya sore beranjak kelabu
Suara kendaraan melintas dijalan berdebu
Memecahkan sepi sunyinya suasana pantai netsapa
Nan indah nian menawan
Yang dicipta oleh sang pencipta

Jumat, 13 Mei 2011

Bertemu, dan Berpisah

Fajar jingga mengintip bumi
Kokok ayam memecah lengang pagi
Bulir wudlu mengalir di sudut pipi
Elus dada, kekurangan nasi

Goes ontel, sang sobat sejati
Menuju sekolah, dengan perut tak berisi
Sinar sang surya menyikut pipi
Usap debu dan peluh di dahi

Salam kecup di tangan
Menjadi saksi atas kebaktian kami
Pengabdianmu atas dasar ketulusan jiwa
Membagi ilmu, dari generasi ke generasi

satu tambah satu sama dengan dua
aksara merangkai aksara menjadi kata kata
Kami bukan keturunan rakyat mulia
Kami hanya rakyat-rakyat jelata

Pertemuan pertama di masa orientasi
Masih berseragam putih molek berseri
Berdasi merah, tut wuri handayani
Datang diantar, pulang sendiri

tahun demi tahun cepat berlalu
Perpisahan terkurung rindu
Mengenang silam, yang mencari ilmu
dan semua melepas genggaman tangan ku

Masih teringat drama-drama
Merayakan hari jadimu bersama
Menyanyikan yel-yel gembira
Melantunkan ayat suci, menyentuh jiwa

Tutur katamu adalah do'a
Menuntun kami mengarungi masa
Kelak kan menjadi orang bijaksana
Yang berguna bagi nusa dan bangsa