Teriak tulang tertatih tatih
Keringat keras kering kurasa
Mimpi malam menjerit mengeras
Siapa seseorang sendiri sepi ..?
Telah tengadah terasa tenang
Batin berdo'a bersama bianglala
Kau kemari karena kerinduan
Pelukan pertama penyejuk purnama
Gigil gumam getar gemetar
Angin awan ajak angka angka
Tuk tertawa temani tuan
Menghibur muram muka mu
Sandarkan sanubari sementara
Hanya helai hati hengkang
Dalam derita dentuman do'a
Sepi sunyi senyap sendiri
Kini kau kembali kepadanya
Takkan tersenyum tanpamu
Galau goda genggaman girang
Kendati kerap kesepian
Rabu, 01 Juni 2011
Minggu, 22 Mei 2011
Daku disudut kota
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Minggu, Mei 22, 2011
Ku berjalan mungil kala fajar tiba
Menanti sayup sayup fatamorgana
Berliput rumput berdebu yang terbuang
Di sisi batu-batuan kikis, di jalan beraspal
Semilir sajak angin membelai pirangku
Seribu sapa gigil tersapu jerit dingin
Surat sang surya mengundang prahara
Sepercik sinar berkelip di ufuk timur
Terdengar tangisan bayi di lorong kota
Getar gemetar berdendang tak henti
Bayang diri sudah menguntit kanan kiri
Paksa sendi lara tuk pergi jauh dari ranting tua
Kata kata membeku dalam jiwa
Setelah takluk oleh letih yang menggoda
Tetes peluh menghujam deras teras bernoda
Liur terus ku telan tuk menahan rasa dahaga
Menanti sayup sayup fatamorgana
Berliput rumput berdebu yang terbuang
Di sisi batu-batuan kikis, di jalan beraspal
Semilir sajak angin membelai pirangku
Seribu sapa gigil tersapu jerit dingin
Surat sang surya mengundang prahara
Sepercik sinar berkelip di ufuk timur
Terdengar tangisan bayi di lorong kota
Getar gemetar berdendang tak henti
Bayang diri sudah menguntit kanan kiri
Paksa sendi lara tuk pergi jauh dari ranting tua
Kata kata membeku dalam jiwa
Setelah takluk oleh letih yang menggoda
Tetes peluh menghujam deras teras bernoda
Liur terus ku telan tuk menahan rasa dahaga
Jumat, 20 Mei 2011
Manis pahit penderitaan mendalam
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Jumat, Mei 20, 2011
Senyummu gelora kalbuku
Tangis itu adalah tutur kata nurani
Tetapi, kesadaranmu adalah anugerah sesaat
Yang terpendam dalam rayuanku disini
Mawar kelabu telah suram
Ajakan kembang lusuh bercumbu
kutolak dengan sajak sajak untukmu
yang membalut sukma kehidupanku
Sederet potret matamu
Menyipu malu raut wajahku
persetan, kau tidak lagi seperti itu
Pahit seperti pengkhianatan yang dalam
Kala nestapa mengubur hatimu
Kau datang mengumbar tangisan
Saat sukacita tlah mendekap erat tanganmu
Kau pergi dalam memori serpihan hati
Jangan paksa tuk pergi
Perlu waktu untuk semua ini
Lupakan semua perkataan basi
Takkan kenang kenangmu nanti
Tangis itu adalah tutur kata nurani
Tetapi, kesadaranmu adalah anugerah sesaat
Yang terpendam dalam rayuanku disini
Mawar kelabu telah suram
Ajakan kembang lusuh bercumbu
kutolak dengan sajak sajak untukmu
yang membalut sukma kehidupanku
Sederet potret matamu
Menyipu malu raut wajahku
persetan, kau tidak lagi seperti itu
Pahit seperti pengkhianatan yang dalam
Kala nestapa mengubur hatimu
Kau datang mengumbar tangisan
Saat sukacita tlah mendekap erat tanganmu
Kau pergi dalam memori serpihan hati
Jangan paksa tuk pergi
Perlu waktu untuk semua ini
Lupakan semua perkataan basi
Takkan kenang kenangmu nanti
Selasa, 17 Mei 2011
Sajak Tentang Alam
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Selasa, Mei 17, 2011
Ku dengar gemercik ombak
Di genangan air karang
Biru kemayu menggoda kalbu
Suara merombak mendayu dayu
Deru angin bersiul siul di tepi
Pohon kelapa menahan gamparannya
Lambat laun sang surya terlelap
Menyisihkan cahayanya di atas kaca-kaca air laut
Raut muka ceria, Laut tertawa
Terlihat sesosok lelaki bertopi jerami
Mendayung sampan ke mulut pantai
Badan beraroma keringat dan tersiram air laut
Di heningnya sore beranjak kelabu
Suara kendaraan melintas dijalan berdebu
Memecahkan sepi sunyinya suasana pantai netsapa
Nan indah nian menawan
Yang dicipta oleh sang pencipta
Di genangan air karang
Biru kemayu menggoda kalbu
Suara merombak mendayu dayu
Deru angin bersiul siul di tepi
Pohon kelapa menahan gamparannya
Lambat laun sang surya terlelap
Menyisihkan cahayanya di atas kaca-kaca air laut
Raut muka ceria, Laut tertawa
Terlihat sesosok lelaki bertopi jerami
Mendayung sampan ke mulut pantai
Badan beraroma keringat dan tersiram air laut
Di heningnya sore beranjak kelabu
Suara kendaraan melintas dijalan berdebu
Memecahkan sepi sunyinya suasana pantai netsapa
Nan indah nian menawan
Yang dicipta oleh sang pencipta
Jumat, 13 Mei 2011
Bertemu, dan Berpisah
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Jumat, Mei 13, 2011
Fajar jingga mengintip bumi
Kokok ayam memecah lengang pagi
Bulir wudlu mengalir di sudut pipi
Elus dada, kekurangan nasi
Goes ontel, sang sobat sejati
Menuju sekolah, dengan perut tak berisi
Sinar sang surya menyikut pipi
Usap debu dan peluh di dahi
Salam kecup di tangan
Menjadi saksi atas kebaktian kami
Pengabdianmu atas dasar ketulusan jiwa
Membagi ilmu, dari generasi ke generasi
satu tambah satu sama dengan dua
aksara merangkai aksara menjadi kata kata
Kami bukan keturunan rakyat mulia
Kami hanya rakyat-rakyat jelata
Pertemuan pertama di masa orientasi
Masih berseragam putih molek berseri
Berdasi merah, tut wuri handayani
Datang diantar, pulang sendiri
tahun demi tahun cepat berlalu
Perpisahan terkurung rindu
Mengenang silam, yang mencari ilmu
dan semua melepas genggaman tangan ku
Masih teringat drama-drama
Merayakan hari jadimu bersama
Menyanyikan yel-yel gembira
Melantunkan ayat suci, menyentuh jiwa
Tutur katamu adalah do'a
Menuntun kami mengarungi masa
Kelak kan menjadi orang bijaksana
Yang berguna bagi nusa dan bangsa
Menuju sekolah, dengan perut tak berisi
Sinar sang surya menyikut pipi
Usap debu dan peluh di dahi
Salam kecup di tangan
Menjadi saksi atas kebaktian kami
Pengabdianmu atas dasar ketulusan jiwa
Membagi ilmu, dari generasi ke generasi
satu tambah satu sama dengan dua
aksara merangkai aksara menjadi kata kata
Kami bukan keturunan rakyat mulia
Kami hanya rakyat-rakyat jelata
Pertemuan pertama di masa orientasi
Masih berseragam putih molek berseri
Berdasi merah, tut wuri handayani
Datang diantar, pulang sendiri
tahun demi tahun cepat berlalu
Perpisahan terkurung rindu
Mengenang silam, yang mencari ilmu
dan semua melepas genggaman tangan ku
Masih teringat drama-drama
Merayakan hari jadimu bersama
Menyanyikan yel-yel gembira
Melantunkan ayat suci, menyentuh jiwa
Tutur katamu adalah do'a
Menuntun kami mengarungi masa
Kelak kan menjadi orang bijaksana
Yang berguna bagi nusa dan bangsa
Sabtu, 30 April 2011
Melodi kayangan ..
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Sabtu, April 30, 2011
Kala sang senja yang jingga
Engkau hanyut kembali ke dalam kalbu
Menghisap bulir-bulir cinta penuh warna
dengan sentuhan lembut kemesraan abadi
Engkau hanyut kembali ke dalam kalbu
Menghisap bulir-bulir cinta penuh warna
dengan sentuhan lembut kemesraan abadi
Rabu, 27 April 2011
Seperempat malam
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Rabu, April 27, 2011
Angin yang meraung panjang
Bulan purnama menyorot dunia
Lentera tak redup, tak terang
Menyuap takbir, di malam sang Penguasa
Gemuruh petir keras
Memecah lengang seperempat malam
Hembus badai meniup debu-debu
Mengelilip ke sudut-sudut mata
Duduk sila dikurung dingin
Bersenda gurau dengan udara pagi
Samar-samar kejora sudah tampak terbit
Setia menanti mentari, kala dini hari
Ayunkan jemari, menyusun kalimat bermakna kias
Merangkai kata-kata puitis menjadi syair tangis
Gores dengan tinta merah di kertas putih tanpa noda
Pendam galau dalam mimpi seperempat malam
Yang besimbah dukacita bercumbu tawa dan derita
Bulan purnama menyorot dunia
Lentera tak redup, tak terang
Menyuap takbir, di malam sang Penguasa
Gemuruh petir keras
Memecah lengang seperempat malam
Hembus badai meniup debu-debu
Mengelilip ke sudut-sudut mata
Duduk sila dikurung dingin
Bersenda gurau dengan udara pagi
Samar-samar kejora sudah tampak terbit
Setia menanti mentari, kala dini hari
Ayunkan jemari, menyusun kalimat bermakna kias
Merangkai kata-kata puitis menjadi syair tangis
Gores dengan tinta merah di kertas putih tanpa noda
Pendam galau dalam mimpi seperempat malam
Yang besimbah dukacita bercumbu tawa dan derita
Kamis, 14 April 2011
Jaga Karya Cipta
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Kamis, April 14, 2011
Kita kaya ragam budaya
Hasil karya anak bangsa
Banyak orang yang tak merasa
Budaya kita dicomot negara tetangga
Suara media dimana-mana
Rakyat Indonesia membabi buta
Tak ketinggalan mentri pariwisata
Baru sadar dari tidurnya
Deras aliran air mata pribumi
Mendengar karyanya di akui bansga luar negeri
Amarah membara disana-sini
Terburu nafsu, demonstranpun beraksi
Salah kalian tak melestarikannya
Tak peduli dengan karya negara
Lupa akan kebanggaan negeri tercinta
Sehingga, budaya sendiri terasa tiada makna
Karya cipta ditiru satu persatu
Langsung jiplak tak pandang bulu
Rakyat mereka berkaryapun tak mampu
Budaya kami diaku tanpa ada rasa malu
Sadarkah kalian para rakyat pribumi
tiga puluh empat kebudayaan tinggal memori
Mereka merebut budaya kami
Padahal kita serumpun negeri
Budaya tertindas di jaman reformasi
Pemuda pemudi sudah tak peduli lagi
Putra putri tak lagi berkarya seni
Tak mau di ajari budaya sendiri
Bangun, Bangun Negeriku !
Penyesalan itu tak ada guna
Kita harus bertindak dan menjaga
Budaya kita sungguh mulia
Segeralah jadikan hak cipta bangsa
Itulah salah satu tugas negara
Melindungi cipta karya anak bangsa
Bangga akan budaya leluhurnya
Sebagai bukti kepribadian bangsa.
Hasil karya anak bangsa
Banyak orang yang tak merasa
Budaya kita dicomot negara tetangga
Suara media dimana-mana
Rakyat Indonesia membabi buta
Tak ketinggalan mentri pariwisata
Baru sadar dari tidurnya
Deras aliran air mata pribumi
Mendengar karyanya di akui bansga luar negeri
Amarah membara disana-sini
Terburu nafsu, demonstranpun beraksi
Salah kalian tak melestarikannya
Tak peduli dengan karya negara
Lupa akan kebanggaan negeri tercinta
Sehingga, budaya sendiri terasa tiada makna
Karya cipta ditiru satu persatu
Langsung jiplak tak pandang bulu
Rakyat mereka berkaryapun tak mampu
Budaya kami diaku tanpa ada rasa malu
Sadarkah kalian para rakyat pribumi
tiga puluh empat kebudayaan tinggal memori
Mereka merebut budaya kami
Padahal kita serumpun negeri
Budaya tertindas di jaman reformasi
Pemuda pemudi sudah tak peduli lagi
Putra putri tak lagi berkarya seni
Tak mau di ajari budaya sendiri
Bangun, Bangun Negeriku !
Penyesalan itu tak ada guna
Kita harus bertindak dan menjaga
Budaya kita sungguh mulia
Segeralah jadikan hak cipta bangsa
Itulah salah satu tugas negara
Melindungi cipta karya anak bangsa
Bangga akan budaya leluhurnya
Sebagai bukti kepribadian bangsa.
Senin, 04 April 2011
Sufferers need us ....
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Senin, April 04, 2011
The poor people scream loudly ,,
They keep on pray to divinity ...
Cause, Their life is full of bad memory ..
Don't want too much desire that is'nt necessary ...
The famine people creep so slowly ...
The blind people walk so carefully ..
but, the rich people drive their luxurious car so proudly ...
but, the rich merchant show their treasure so arrogantly .
They wound, there cry ..
They dry, i cry ...
Their heart, there kind fay ...
Although, not visible with eye ..
The goverments was foul ...
They aren't know sufferers soul ..
who crawl limply, under the sol ...
without there none goal ...
Help them, sincerely ...
there will be response from the god, certainly ...
don't grind them, awfully ..
will be bad affected, hopefully ....
They keep on pray to divinity ...
Cause, Their life is full of bad memory ..
Don't want too much desire that is'nt necessary ...
The famine people creep so slowly ...
The blind people walk so carefully ..
but, the rich people drive their luxurious car so proudly ...
but, the rich merchant show their treasure so arrogantly .
They wound, there cry ..
They dry, i cry ...
Their heart, there kind fay ...
Although, not visible with eye ..
The goverments was foul ...
They aren't know sufferers soul ..
who crawl limply, under the sol ...
without there none goal ...
Help them, sincerely ...
there will be response from the god, certainly ...
don't grind them, awfully ..
will be bad affected, hopefully ....
Jumat, 01 April 2011
Goresan hati tentang sebuah realita ....
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Jumat, April 01, 2011
Bumi masih bermandikan cahaya bulan ...
terlihat Gemintang malam nian menawan ...
Hanya mengucap tasbih dengan rasa ketakjuban ...
Dinginnya malam kelam menyejukkan hati dan pikiran ...
Ayam sudah berkokok di pagi nan hampa ...
Terdengar jelas kumandang adzan subuh tlah menggema...
Terasa sejuk udara menyengat jiwa ...
Segera wudlu, tunaikan ibadah pada yang maha Kuasa ...
Sang surya tampak berdiri di atas cakrawala ..
Namun hangatnya masih tak kurasa dalam raga ...
Rintik-rintik hujan lambat laun mereda ...
Mentari berseri menari anggun di ambang samudera ..
Tak lupa telan sesuap nasi ....
Hendaknya perut sudah cukup terisi ....
Menuju sekolah dengan langkah nan pasti ...
Gelora semangat masih terikat di hati ...
Memang bukan darah biru ...
yang terbebas dari kerasnya segala belenggu ...
Ku sadar akan keadaan tak mampu ...
Tetapi giat usaha tak jemu-jemu ...
Syukur hamba masih mampu berkarya ..
Meski hambatan masih tersimpan dalam dada ...
Jadikan setiap ucapan penuh dengan do'a ...
karena itu kan melahirkan isyarat hidup dari Allah semata ..
Masa depanku masih ku genggam erat dengan jari jemari ...
Walaupun masih sulit tuk memperoleh sesuap nasi ...
Tetap berdiri tegak di atas bumi pertiwi ....
Taklukan hari bersama teriknya panas mentari ...
Sudah lama negeri ini merdeka ...
Terbebas dari belenggu para penjajah ...
Namun rakyat masih terkubur derita ...
Serta pemerintah justru tertidur pulas di kursi pribadinya ..
Ku ingin menjadi pilot ...
Bela peperangan negara dengan sebutan patriot...
Kriminalitas jangan jadikan budaya ..
Provokasi jangan anggap hal biasa ..
Aku tahu bahwa negeri ini berbangsa ..
Tetapi pemerintahnya laksana tikus sedang di mangsa ..
Atas nama pemuda pemudi indonesia ..
Kami patut berkarya untukmu nusantara ..
Karena, tanah air ada di sini bukan dimana-mana ..
Kami satu arah, kami satu darah, satu bangsa dan bahasa ..
Kami anak Nusantara ...
Berbeda suku, ras, golongan, dan agama ..
Semua satu, bhinneka tunggal ika ..
Turut berkarya untuk bangsa dan negara ..
terlihat Gemintang malam nian menawan ...
Hanya mengucap tasbih dengan rasa ketakjuban ...
Dinginnya malam kelam menyejukkan hati dan pikiran ...
Ayam sudah berkokok di pagi nan hampa ...
Terdengar jelas kumandang adzan subuh tlah menggema...
Terasa sejuk udara menyengat jiwa ...
Segera wudlu, tunaikan ibadah pada yang maha Kuasa ...
Sang surya tampak berdiri di atas cakrawala ..
Namun hangatnya masih tak kurasa dalam raga ...
Rintik-rintik hujan lambat laun mereda ...
Mentari berseri menari anggun di ambang samudera ..
Tak lupa telan sesuap nasi ....
Hendaknya perut sudah cukup terisi ....
Menuju sekolah dengan langkah nan pasti ...
Gelora semangat masih terikat di hati ...
Memang bukan darah biru ...
yang terbebas dari kerasnya segala belenggu ...
Ku sadar akan keadaan tak mampu ...
Tetapi giat usaha tak jemu-jemu ...
Syukur hamba masih mampu berkarya ..
Meski hambatan masih tersimpan dalam dada ...
Jadikan setiap ucapan penuh dengan do'a ...
karena itu kan melahirkan isyarat hidup dari Allah semata ..
Masa depanku masih ku genggam erat dengan jari jemari ...
Walaupun masih sulit tuk memperoleh sesuap nasi ...
Tetap berdiri tegak di atas bumi pertiwi ....
Taklukan hari bersama teriknya panas mentari ...
Kesuksesan adalah kunci dari kehidupan ..
Belajar tekun dengan penuh kesungguhan ..
Tak takut sedikitpun cobaan dan halangan ..
Manfaatkan adanya segala kesempatan ...
Terbebas dari belenggu para penjajah ...
Namun rakyat masih terkubur derita ...
Serta pemerintah justru tertidur pulas di kursi pribadinya ..
Ku ingin menjadi wakil rakyat ...
Negeri bangga memiliki insan yang bermanfaat ...Ku ingin menjadi pilot ...
Bela peperangan negara dengan sebutan patriot...
Kriminalitas jangan jadikan budaya ..
Provokasi jangan anggap hal biasa ..
Aku tahu bahwa negeri ini berbangsa ..
Tetapi pemerintahnya laksana tikus sedang di mangsa ..
Atas nama pemuda pemudi indonesia ..
Kami patut berkarya untukmu nusantara ..
Karena, tanah air ada di sini bukan dimana-mana ..
Kami satu arah, kami satu darah, satu bangsa dan bahasa ..
Kami anak Nusantara ...
Berbeda suku, ras, golongan, dan agama ..
Semua satu, bhinneka tunggal ika ..
Turut berkarya untuk bangsa dan negara ..
Minggu, 13 Maret 2011
Harian seorang Penyair ...
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Minggu, Maret 13, 2011
Hening malam tak ku hiraukan ...
Sepi hati, bukanlah halangan ...
Meski harus menolak semua ajakan ..
Meski menangisi kepergian sang bulan ...
Tetap sejati pada lembaran kertas putih ...
Walau penglihatan kedua mata tak begitu jernih ...
Tetap menulis tanpa ada rasa jerih..
Walau jemari tangan sudah mulai terasa perih..
Di malam sunyi tanpa bintang ..
di temani rokok hanya 1 batang ..
Rasa kantuk pun pergi menghilang ..
Rasa jeri pun datang menjelang ..
Tinta hitam ...
Ku masih setia menggoreskanmu..
dengan se percik rasa rindu ...
Walau hatiku terasa malu ..
Dengan seluruh kesetiaanmu ..
Kertas putih ...
Ku masih setia mencoretmu dengan tulisan ..
dengan rasa kasih dan se berkas kelembutan ..
Walau selalu mengacuhkan semua lembaran ...
Dengan perasaan jiwa, ku mengumbar tangisan ..
Semua sudah padu menjadi kebiasaan ..
Berperang seru dengan kesepian ..
Melihat sesaat pada rembulan..
Memikirkan malam tanpa se ucap alasan ..
Jumat, 11 Maret 2011
Duka Campur Luka ...
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Jumat, Maret 11, 2011
Kala itu ku habiskan air mata ..
Menggenggam erat sekuntum bunga ..
Bersimbah duka, bercampur luka ..
dan semua, menjadi nyata belaka ...
Aku lihat semua yang ada ...
Aku rasa apa yang ku rasa ..
Namun amarah telah melanda jiwa ..
Namun air mata tlah membasahi suasana ..
Kau tak dengar suara hati ...
Kau tak dengar isyarat hati ..
Berdiri sendiri, hatiku sepi ..
Menginjak bunga yang tak berarti ..
Ku melangkah sepi bersama kegagalan ..
Melampiaskan amarah pada bintang dan Bulan ..
Semilir angin menemani kebersamaan ..
Setetes darah membasahi kemarahan ...
Kini engkau tlah bersamanya ..
Bersenang ria menikmati dunia ..
Melupakan yang lalu ..
Menjalani yang baru ..
Aku pantas di khianati ..
Menangisi bagian hati yang kini tak disini ..
Kan ku lupa kenangan buruk semua memori..
dari Cerita hidupku yang sepi serta mati ...
Menggenggam erat sekuntum bunga ..
Bersimbah duka, bercampur luka ..
dan semua, menjadi nyata belaka ...
Aku lihat semua yang ada ...
Aku rasa apa yang ku rasa ..
Namun amarah telah melanda jiwa ..
Namun air mata tlah membasahi suasana ..
Kau tak dengar suara hati ...
Kau tak dengar isyarat hati ..
Berdiri sendiri, hatiku sepi ..
Menginjak bunga yang tak berarti ..
Ku melangkah sepi bersama kegagalan ..
Melampiaskan amarah pada bintang dan Bulan ..
Semilir angin menemani kebersamaan ..
Setetes darah membasahi kemarahan ...
Kini engkau tlah bersamanya ..
Bersenang ria menikmati dunia ..
Melupakan yang lalu ..
Menjalani yang baru ..
Aku pantas di khianati ..
Menangisi bagian hati yang kini tak disini ..
Kan ku lupa kenangan buruk semua memori..
dari Cerita hidupku yang sepi serta mati ...
Minggu, 20 Februari 2011
Sapaan awan nan kelabu ..
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Minggu, Februari 20, 2011
Gemercik hujan dari ilahi ..
Menemaniku dikala sepi ..
Ku disini termangu sendiri ..
Mengingat hati diselimuti rasa jeri ..
Mungkin nanti hadir pelangi nan berseri ..
Tetapi sepi telah mengikat suasana ini ..
Hanya engkau dan daku disini ..
Membuang basa basi, menanti mentari ...
Pagi berganti Siang ..
Siang berganti petang ..
Mentari tertutup ilalang ..
Hingga malam bermuncul gemintang ...
T'lah kucoba mengganti rasa ..
Tetapi hatiku tiada jera ...
Kini awan tak henti menyapa ..
Dengan meneteskan setetes air duka ...
Ya Allah ubahlah rasa sepi, menjadi ceria
Ubahlah hujan, menjadi bianglala ...
Ubah kelabu, menjadi lentera ..
dan Ubahlah hidupku, naik turun bagai irama ....
Pagi berganti Siang ..
Siang berganti petang ..
Mentari tertutup ilalang ..
Hingga malam bermuncul gemintang ...
T'lah kucoba mengganti rasa ..
Tetapi hatiku tiada jera ...
Kini awan tak henti menyapa ..
Dengan meneteskan setetes air duka ...
Ya Allah ubahlah rasa sepi, menjadi ceria
Ubahlah hujan, menjadi bianglala ...
Ubah kelabu, menjadi lentera ..
dan Ubahlah hidupku, naik turun bagai irama ....
Minggu, 06 Februari 2011
Lembayung Senja..
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Minggu, Februari 06, 2011
Angin semilir menerpa wajahku...
Sekejap ku terdiam dan membisu..
Mengingat kala itu bersamamu..
Desir pasir mengiangi tepi pantai..
Hembus angin mengusik nurani..
Hempas sang ombak karang berderai..
Lembayung senja kian menjadi...
Lambat laun ku ayunkan kedua kaki..
Sunyi senyap suasana di sini..
Gelap gulita datang menghampiri ...
Hening hampa tiadamu di sisi...
Kalau karenamu aku berjumpa
Pandanglah senja yang di nanti....
Lambaikan tangan pada sang surya
Meranjak malam aku pun sendiri.Selasa, 25 Januari 2011
Di Bawah "Sang surya"
Diposting oleh
Sasmitawijaya
di
Selasa, Januari 25, 2011
Alangkah sejuk udara pagi
Alangkah cerah terbitnya Mentari
Kami kan berlari menggapai mimpi
Sampai bumi berhenti menari
Siang dan Malam kami Mencari
Mencari ilmu dan meraih prestasi..
Inilah janji yang di nanti..
Janji berarti tuk ibu Pertiwi..
Butiran keringat kian tak jarang
Helaian kertas tak pernah terbuang
Se genggam semangat tak patah arang
Se Berkas cahaya, semakin menerang
Tunjukanlah pada dunia..
Tunjukanlah pada semesta..
Tunjukanlah pada Garuda...
Bahwa kami pasti bisa !
Tundukkan kepala...
Panjatkan do'a..
Kepada Yang Kuasa..
Semoga kami menjadi juara..
Takkan punah usaha kami !
Takkan pudar semangat ini !
Gapai prestasi yang telah di ajari !
Kelak ilmumu kan menuntun dikala besar nanti..
Alangkah cerah terbitnya Mentari
Kami kan berlari menggapai mimpi
Sampai bumi berhenti menari
Siang dan Malam kami Mencari
Mencari ilmu dan meraih prestasi..
Inilah janji yang di nanti..
Janji berarti tuk ibu Pertiwi..
Butiran keringat kian tak jarang
Helaian kertas tak pernah terbuang
Se genggam semangat tak patah arang
Se Berkas cahaya, semakin menerang
Tunjukanlah pada dunia..
Tunjukanlah pada semesta..
Tunjukanlah pada Garuda...
Bahwa kami pasti bisa !
Tundukkan kepala...
Panjatkan do'a..
Kepada Yang Kuasa..
Semoga kami menjadi juara..
Takkan punah usaha kami !
Takkan pudar semangat ini !
Gapai prestasi yang telah di ajari !
Kelak ilmumu kan menuntun dikala besar nanti..
Langganan:
Postingan (Atom)